Iamenjelaskan bahwa dalam hadist disampaikan bahwa didiklah anakmu menurut zamannya. Karena santri masa depan bangsa dan masa depan agama maka butuh wawasan yang tinggi sesuai dengan zamannya. Tarmizi berharap agar semakin giat belajar ilmu-ilmu fardu kifayah, seperti politik, teknologi, jurnalistik dan banyak lainnya. "Salah satunya, ilmu

Oleh Ahmad Supardi *Sabda Rasulullah SAW "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". Artinya, ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan kondisi sekarang dan kehidupan masa hadist tersebut, sudah sangat jelas bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini serba berubah. Sesuatu yang hari ini istimewa, tapi pada 10 atau 20 tahun mendatang bisa jadi hanya hal yang biasa-biasa saja. Sesuatu yang hari ini mustahil, bisa jadi pada 10 atau 20 tahun mendatang adalah hal yang sangat mudah tahun 1981 atau sekitar 35 tahun lalu, tamatan SMA/ MA sederajat sangat dicari- cari untuk diusulkan jadi pegawai negeri sipil PNS, tapi sekarang atau sejak 5 tahun terakhir, jenjang SMA sama sekali tidak masuk dalam kategori penerimaan pegawai, kecuali honorer. Kondisi tersebut terus berubah, bahkan saat ini tamatan S1 atau S2 sudah tidak terlalu istimewa lagi, apalagi dimasa depan. Fenomena itu menggambarkan kemajuan zaman yang terus berubah. Karena itu, agar para guru, para orang tua terus mengembangkan pengetahuannya dalam Ilmu Pengetahuan, dan mengajarkan anak- anak sesuai dengan kepentingan masa yang akan datang, bukan masa kini apalagi masa lalu. Ketika zaman berubah tentu tantangannyapun berubah, baik itu tantangan untuk bertahan hidup, tantangan dalam pergaulan, tantangan dalam menuntut ilmu serta tantangan-tantangan lainnya. Perubahan zaman inipun berdampak pada perubahan cara kita mendidik dan berkomunikasi dengan di masa sekolah dahulu telah berubah. Dari mulai masa-masa berburu, dimana manusia bertahan hidup dengan cara cara berburuh, kemudian berkembang dengan mulai bercocok tanam, kemudian berkembang lagi dengan mulai pandai mengelolah hasil cocok tanam/ perkembangan zaman, berbagai macam teknologi mulai berkembang, seperti ditemukannya mesin dan sekarang masuk masa informasi. Jadi dapat kita lihat, orang yang paling sukses adalah mereka yang paling cepat menguasai informasi hal ini ditandai dengan serba mudahnya kita mendapatkan akses untuk sebuah informasi melalui teknologi orang bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, karena pada dasarnya manusia dianuegerahi kecerdasan, ada jutaan sel didalam kepala manusia untuk menopang itu. Bedanya adalah kesungguhan manusia untuk menggunakan otak, padahal semakin sering digunakan maka semakin pintar seseorang, tapi sebaliknya, semakin jarang otak digunakan maka otak akan semakin ilmu pengetahuan itu ada dalam Islam. Itu dijelaskan dalam banyak ayat dan hadist. Bahkan Allah akan meninggikan orang- orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat, dan sumber kebahagian dunia dan akhirat adalah dengan ilmu itu, kondisi tersebut menjadi 'PR' bagi guru dan orang tua dalam mempersiapkan anak- anak agar siap menghadapi tuntutan zamannya. Sehingga anak menjadi anak yang bermanfaat serta berdaya guna serta jadi amal kebaikan orang tua 2013 berusaha menyesuaikan dengan kondisi dinamis pendidikan, dimana didalamnya tidak hanya menekankan siswa untuk belajar ilmu-ilmu umum, tetap juga agama, etitut dan lainnya sesuai dengan kebutuhan saat ini dan akan datang. Untuk itu, guru dan orang tua sangat berperan dalam membawa masa depan anak. Untuk itu, orangtua dan guru dapat berperan aktif dalam pendidikan anak- anak nya, sehingga tumbuh dan kembang sesuai yang dibutuhkan zaman dengan tidak lepas dari kontrol agama. * Kakanwil Kemenag Provinsi Riau sumber
SUDAHKAHMENDO'AKAN ORANG TUAMU ??? #Yang LEBIH TULUS MENDOAKAN ADALAH ANAKMU Yang menyayangi-mu sejatinya Orang tua, saudara, istri/suami dan anak-anakmu Merekalah pahit-manis berbagi Semua
Oleh Stefanus Widananta Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan Efesus 6;4 Mendidik anak adalah salah satu tugas dari orang tua, namun sayangnya banyak orang tua yang lebih mementingkan pendidikan intelektual daripada spiritual. Orang tua lebih takut dan kuatir kalau anaknya tidak pintar secara intelektual dan miskin secara materi, daripada tidak memiliki iman yang baik dan bertumbuh. Anak bagaikan kertas kosong ketika mereka dilahirkan, jika kita mendidik dengan warna yang salah, maka mereka akan terbentuk dengan warna yang salah juga. Ketika kita mendidik mereka untuk takut kepada Tuhan, maka didikan itu mendatangkan hikmat. Firman Tuhan mengingatkan kita agar mendidik anak-anak kita di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Bangsa Israel melakukan pendidikan kepada anak-anaknya untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan, secara berulang-ulang dan membicarakan kebenaran firman Tuhan dengan anak-anak mereka, ketika mereka duduk di rumah, ketika mereka sedang dalam perjalanan, ketika berbaring dan ketika mereka bangun. Orang Israel menganggap perintah itu sebagai “syema”, suatu perintah penting yang harus sungguh-sungguh diperhatikan. Bagi orang Israel, pendidikan rohani merupakan bagian integral dari perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Syema ini menjadi cara bagi orang tua unyuk mendidik anak-anaknya. Salomo mengatakan, “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan mendatangkan sukacita kepadamu”. “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya. Tuhan Yesus memberkati.
Septem September 24, 2019 editorposter Leave a Comment on Didiklah anak anakmu dengan Galeri Poster Dakwah Islami Ahlussunnah Salafy Al Ilmu. Juli 26, 2019 dapurUAK. Tinggalkan Balasan Batalkan balasan. Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai * Komentar. Nama * Email * Situs Web. Simpan nama, email
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka” [Surah at-Tahrim 6] Allah swt memberi peringatan dengan jelas kepada orang-orang beriman agar memelihara diri mereka dan keluarga dengan membimbing ke arah kebaikan dan ketakwaan kepada Allah swt. Ibu bapa adalah cerminan masa depan anak-anak. Diriwayatkan daripada Sayidina Abu Hurairah bahawa Nabi saw bersabda مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أو يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ “Tidaklah dilahirkan seorang anak itu melainkan dia lahir dalam keadaan fitrah. Maka kedua ibubapanyalah yang menjadikannya beragama yahudi atau menjadikannya beragama nasrani atau menjadikannya beragama majusi” HR Muslim Imam Ibnu Hajar al-Haitami ada menyebutkan “Jika ibu bapa bertakwa kepada Allah swt, nescaya Allah swt akan mengurniakan kebaikan dan mempermudahkan segala urusan zuriat mereka dengan memberi keberkatan serta petunjuk dalam kehidupan zuriat-zuriatnya. Namun sebaliknya, jika ibu bapa mereka tidak melaksanakan perintah Allah dan melanggar larangan Allah, nescaya anak-anak mereka akan berkelakuan sebagaimana kelakuan ibu bapa mereka” Lihat al-Zawajir an aI-iqtiraf al-Kaba’ir Ini menunjukkan dalam mendidik anak-anak ibu bapa perlu menunjukkan tauladan yang baik dengan mematuhi segala ajaran agama dan ini sudah tentu akan mempengaruhi anak-anak dalam proses pendidikan tersebut. Kekurangan bimbingan agama dan ketiadaan contoh tauladan dari ibu bapa boleh mempengaruhi akhlak anak-anak. Walaubagaimanapun setelah ada usaha bimbingan dari ibu bapa tetapi anak-anak masih berkelakuan tidak baik maka ia merupakan ujian terhadap ibu bapa atau Allah swt ingin memberi kebaikan dan ganjaran pahala kepada mereka. Menjadi tanggungjawab ibu bapa untuk menyelamatkan ahli keluarga daripada azab sengsara neraka dengan mengajar dan mendidik mereka agar patuh kepada ajaran agama Berminat menulis berkaitan Islam? Hantarkan artikel anda di sini

Ajari mereka agama dan adab-adab. Ibnu umar r.a berkata, “Didiklah anakmu karena engkau akan dimintai pertanggungjawaban. Apa yang telah engkau didik untuknya dan apa yg telah engkau ajarkan padanya. Yang dimaksud dengan “Allah Maha Halus” ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya. Maksudnya:ketika kamu

Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu.
Fakultas: Tarbiyah dan Ilmu Keguruan INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1439 H/2017 M . iii. iv. v. vi ABSTRAK POLA ASUH ORANGTUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK USIA DINI DI DESA ADI KARYA MULYA KECAMATAN PANCA JAYA “Didiklah anakmu dengan adab, karena sesungguhnya engkau bertanggung
“Jangan paksakan anak-anakmu mengikuti jejakmu, mereka diciptakan untuk kehidupan di zaman mereka, bukan zamanmu” – Socrates Kutipan di atas ditulis oleh Imam Ahmad al-Syahrastani dalam kitabnya yang sangat masyhur terkait sejarah aliran-aliran pemikiran yang hingga saat ini masih menjadi rujukan, al-Milal wa al-Nihal 1404, juz 2 82. Kitab yang lahir pada masa keemasan Islam ini dapat disebut juga sebagai ensiklopedia pemikiran dan kepercayaan. Banyak yang menyandarkan perkataan tersebut kepada Imam Ali bin Abi Thalib. Namun, penyandaran ini belum dapat jelas validitasnya. Parahnya, ada yang menyebutnya sebagai hadits. Hal ini tak masalah jika hadits dimaknai sebagai sinonim dari khabar, karena sejatinya khabar dapat disandarkan kepada Nabi maupun selainnya. Salah satu yang pernah menyebutnya sebagai hadits ialah Kuntowijoyo dalam buku kumpulan essainya yang berjudul, “Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas” 2002 60. Dalam bukunya ia menyebutkan, “Didiklah anak-anakmu, sebab mereka akan mengalami zaman yang berbeda dengan zamanmu” hadits.Terlepas dari kontroversi kevalidannya, kata-kata di atas sebenarnya memiliki nilai yang dapat kita pegang, yaitu menata sistem pendidikan yang sesuai dengan zamannya. Barangkali kita pernah membaca perkataan sahabat Nabi, Umar bin Khattab radliyallahu anh ketika menulis untuk penduduk daerah Himsh علموا أولادكم السباحة والرماية والفروسية “Ajarilah anak-anak kalian berenang, memanah, dan menunggang kuda” Abdullah al-Qayrawâni, al-Nawâdir wa al-Ziyâdât, Dâr el-Garb al-Islâmî, juz 3, hal. 39 Atau sabda Nabi yang lain, Uqbah bin Amir Al-Juhani, sebagaimana tertulis dalam kitab Shahîh Muslim مَنْ علِمَ الرَّمْىَ ثُمَّ تَرَكَهُ فَلَيْسَ مِنَّا أَوْ قَدْ عَصَى “Siapa pun yang telah diajarkan memanah dan kemudian meninggalkannya maka dia bukan golongan kami, atau telah durhaka terhadap Nabi” HR Muslim. Dua nash di atas melambangkan aktivitas yang sangat urgen untuk dipelajari pada masa itu, yaitu berenang, memanah dan menunggang kuda. Peperangan zaman dahulu diwarnai dengan aksi saling panah, dan pasukannya menunggang kuda. Maka tidak heran jika tiga pekerjaan tadi sangat dianjurkan untuk diajarkan, bahkan ada redaksi kecaman bagi orang yang sudah mempelajari memanah kemudian dilupakan. Hadits di atas sepertinya tidak dapat diamalkan secara harfiah. Namun, makna dan nilainya dapat kita serap untuk disesuaikan dengan kebutuhan di zaman modern ini, misalnya latihan menembak dalam konteks sistem pertahanan dan keamanan atau berkendara. Barangkali tembak-menembak tidak berlaku bagi sebagian orang, namun, bagi tentara yang bertugas mendamaikan peperangan, keahlian ini sangat diperlukan. Pun kemampuan berkendara, sangat penting sekali. Tidak hanya soal perang, berkendara adalah soal transportasi yang memudahkan umat manusia untuk bepergian dan beraktivitas ke sana-sini. Relevan dengan Kebutuhan Zaman Jika kita membaca kitab kuning yang diperuntukkan bagi mubtadi`în tingkatan pemula pada masanya, selalu terdapat redaksi yang menyebut bahwa teks kitab tersebut diperuntukkan bagi pemula agar mereka mudah menyerap isinya. Misalnya dalam kitab Matn al-Taqrîb karya al-Qâdhi Abû Syujâ’ menyebutkan سألني بعض الأصدقاء حفظهم الله تعالى، أن أعمل مختصرا في الفقه على مذهب الإمام الشافعي رحمة الله عليه ورضوانه، في غاية الاختصار ونهاية الإيجازليقرب على المتعلم درسه ويسهل على المبتدئ حفظه ، وأن أكثر من التقسيمات وحصر الخصال “Aku diminta oleh sebagian teman untuk menyusun ringkasan fiqih mazhab Syafi'i yang sangat ringkas dan sederhana, dan memperbanyak pembagian yang sistematis agar mudah dipelajari dan dihafal oleh mubtadiîn” Qâdhi Abu Syujâ’, Matan al-Ghâyah wa at-Taqrîb, Alam al-kutub, h. 2. Begitupun dalam Nadham al-Imrîthî, Syekh Syarafuddin menyebutkan نَظَمْتُهَا نَظْمًا بَدِيعًا مُقْتَدِي ۞ بِالْأَصْلِ فِي تَقْرِيبِهِ لِلْمُبْتَدِي “Kitab tersebut aku jadikan nadham yang indah, dengan mengikuti kitab asalnya untukmemudahkan para pemula yang belajar ilmu nahwu.” وَقَدْ حَذَفْتُ مِنْهُ مَا عَنْهُ غِنَى ۞ وَزِدْتُهُ فَوَائِدًا بِهَا الْغِنَى “Aku telah membuang sebagian yang kurang perlu, dan aku tambahkan beberapa faidah yang cukup penting.” Dari dua contoh di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan dalam penyesuaian pendidikan. Pertama, bagi seorang pemula hendaknya pelajaran diringkas dan tidak bertele-tele. Kedua, bentuknya dibuat pembagian-pembagian supaya sistematis. Ketiga, menggunakan metode pendekatan sesuai kapasitas pelajar, seperti dikatakan dalam Imrithi, fî taqrîbihi lil mubtadî. Keempat, melihat dari nadham Imrithi, bagi seorang pelajar ketika itu, nadham merupakan bentuk teks yang memudahkan untuk dipelajari, dihafal, dan dipahami. Kelima, ajarkan apa yang diperlukan oleh murid. Dua kitab di atas merupakan contoh dari kurikulum yang mengikuti masanya. Dan kurikulum masa lalu belum tentu cocok seluruhnya dengan masa sekarang, dengan banyaknya pergeseran keadaan, tradisi, dan budaya. Para ulama sekarang mungkin tidak semestinya semuanya menyusun kitab berbentuk nadham, cukup berbentuk natsr teks biasa saja, karena sulitnya memahami pelajaran lewat nadham. Sekolah-sekolah umum tidak mesti mewajibkan semua muridnya mempelajari ilmu faraidh yang mendalam dilihat dari kebutuhan para siswa, karena di pesantren ilmu tersebut sudah diajarkan kepada para santri yang dikira lebih membutuhkan. Melihat kepada pendidikan di masa pandemi seperti saat ini, perlu juga adanya penyesuaian pendidikan sebagaimana keadaan yang ada. Inovasi pendidikan berbasis teknologi atau platform yang mendukung pembelajaran merupakan sebuah keniscayaan. Apalagi ada gejala pelajaran yang makin berkurang di tengah pandemi, karena kurang dekatnya interaksi antara guru dan murid sebagai efek pembelajaran di rumah melalui aplikasi. Di sisi lain, gerakkan penyesuaian pendidikan tidak dapat berjalan tanpa ada bantuan dari pemerintah, entah berupa sistem, pengarahan, maupun dukungan finansial. Akhir-akhir ini kita sering mendengar keluhan pelajar yang belajar dari rumah, mulai dari tugas yang diberikan begitu berat, tugas hanya menyalin buku sebanyak-banyaknya, jam pelajaran yang sama seperti biasanya, tidak memiliki kuota karena kurang mampu membelinya, bahkan tidak memiliki perangkat untuk pembelajaran daring. Dari fenomena ini masih banyak lagi yang perlu diperhatikan dan diperbaiki dari sistem pembelajaran di tengah pandemi, yang menyesuaikan keadaan dan kebutuhan para pelajar. Sedikit demi sedikit perbaikan dalam sistem pembelajaran dapat melihat dari penyusun kitab seperti contoh di atas, bagaimana mereka menyesuaikan materi kepada para pelajar, yang akhirnya pelajaran tersebut dapat dikuasai para murid dan bermanfaat bagi orang banyak. Amien Nurhakim, Mahasantri Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah Ciputat, Tangerang Selatan
5Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial; Suatu Teori Pendidikan, Rake Sarasih, Yogyakarta,1987, hlm.144. 8Muhammad Zein, Metodologi Pengajaran Agama, AK Group dan Indra Buana, Yogyakarta, 1990, hlm. 186. 11 yang memiliki tugas dan kewajiban untuk menyembah Allah dan menjauhi GMBStore adalah marketplace Toko Pendidikan dari GMB-Indonesia yang menyediakan berbagai macam kebutuhan siswa dan sekolah, mulai dari buku, seragam, alat peraga, teknologi hingga sarana dan prasana sekolah.
12Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahnya ed. Revisi, Bandung fiqh mawaris adalah ilmu yang dengan dia dapat diketahui orang anak angkat sebagai anak kandung adalah larangan dari Allah swt. yang tidak menjadikan orang- orang yang mengakui anakmu padahal dia bukan anakmu. Anakmu itu hanya dakwaan. 20 Sayuti Thalib, Hukum Kewarisan
KomentarArtikel : “Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu” Itulah pesan singkat dari Khalifah kedua umat Islam Umar bin K
uUbmOpe.
  • 14upr7ontk.pages.dev/370
  • 14upr7ontk.pages.dev/230
  • 14upr7ontk.pages.dev/221
  • 14upr7ontk.pages.dev/90
  • 14upr7ontk.pages.dev/771
  • 14upr7ontk.pages.dev/891
  • 14upr7ontk.pages.dev/444
  • 14upr7ontk.pages.dev/144
  • 14upr7ontk.pages.dev/298
  • 14upr7ontk.pages.dev/798
  • 14upr7ontk.pages.dev/64
  • 14upr7ontk.pages.dev/545
  • 14upr7ontk.pages.dev/389
  • 14upr7ontk.pages.dev/823
  • 14upr7ontk.pages.dev/781
  • didiklah anakmu dengan ilmu agama